Orang bilang kuliah di luar negeri itu mahal. Ya memang mahal, cuma kalau dibandingkan di dalam negeri, lebih mahal mana?
Coba kita
bandingkan.
Gambar di bawah
adalah tuition fee (SPP) di Tokyo Institute of Technology. Per tahun JPY
635.400. Gaji minimum warga Tokyo itu JPY 1.113 per jam, atau sekitar JPY 2,3
juta per tahun. Maka, kalau dikonversi per bulan, tuition fee di Tokyo Tech
mencapai 27.45% dari pendapatan bulanannya.
Cukup besar, kan, ya? Hampir sepertiga penghasilan habis buat tuition fee?
Itu gaji minimum.
Padahal gaji rerata pekerja di Tokyo bisa mencapai JPY 400-500 ribu per bulan.
Katakanlah JPY 500 ribu, maka beban tuition fee turun jadi 10,59% dari
gaji bulanan.
Sebagai
perbandingan, cek UKT Universitas Indonesia di bawah. UKT 6 di Universitas
Indonesia mencapai Rp. 7,5 juta per semester. UMR Jakarta sebesar Rp.
5.067.381, sehingga per bulan beban UKT ke gaji sebesar 24,67%.
Bebannya sedikit lebih rendah daripada dibayar pakai gaji minimum di Tokyo. Tapi tetap saja lumayan tinggi.
Bagaimana kalau
gaji warga Jakarta itu ternyata Rp. 10 juta per bulan? Kalau begitu, mustahil dapat
UKT 6, bisa dapatnya 11. Jadinya Rp. 20 juta per semester. Itu bebannya ke gaji
bulanan mencapai 33,33%! Kalaupun gajinya Rp. 15 juta per bulan, bebannya tetap
tinggi, mencapai 22,22%.
Padahal ranking
Tokyo Tech itu nomor #84 dunia berdasarkan QS World University Ranking,
sementara UI nomor #206.
Jadi, apakah
pendidikan tinggi di Indonesia itu mahal? Tergantung, dibandingkan negara mana
dulu? Kalau dibandingkan Jepang, rasanya jawabannya sudah jelas... lebih mahal.
Kalau dibandingkan Inggris Raya?
Sebaiknya jangan
terlalu gegabah.
Tuition fee setahun untuk satu orang di kampus-kampus Inggris Raya bisa membiayai
10 orang kuliah di Jepang selama setahun.
0 komentar:
Posting Komentar