Kamis, 24 April 2025

Dalih Dobol Ateis Bodor

Di alam sekuler, semisal di seluruh dunia pada saat ini, orang beragama maupun tidak sama-sama tidak dibatasi untuk berkontribusi dalam sains dan teknologi. Secara epistemik, tidak ada yang peduli sama sekali. Yang penting adalah,









  1. Anda punya topik riset,
  2. Anda punya anggaran dan fasilitas riset,
  3. Anda melakukan riset,
  4. Anda menerbitkan hasil risetnya untuk diseminasi.

Jadi ketika ada yang berhalusinasi bahwa "ateis di Indonesia tidak bisa berkontribusi dalam sains dan teknologi karena ateisme tidak diberikan ruang untuk berkembang," maka itu hanya karangan dobol belaka.

Entitas negara sekuler tidak mempertimbangkan aspek metafisik yang diyakini seseorang dalam pengembangan sains dan teknologi secara epistemologis. Pertimbangan lebih besar justru terletak pada aspek politik terkait visi sains dan teknologi negara, yang mana nilai-nilai yang dianut terkait visi politis itu bersifat sekuler pula—tidak terkait dengan nilai agama apapun. Plus, tentu saja, politik nasional maupun internasional dengan berbagai aktor pemegang kepentingan yang 100% tidak berpegang pada nilai-nilai agama.

Kalau secara ontologis dan aksiologis kemudian terpengaruh agama/ideologi tertentu, itu wajar. Keduanya memang tidak bebas nilai, sebagaimana para ateis juga memandang aspek ontologik dan aksologik dari sains dan teknologi itu berdasarkan ideologi ateisme yang mereka anut. Seorang teis bebas mengkritik pemahaman ateis dalam kedua aspek ini sebagaimana seorang ateis sesuka hati mengkritik teis. Tapi dari aspek epistemologis, yang notabene merupakan hal dasar yang seharusnya dilakukan sebelum beranjak pada dua aspek lainnya? Tidak ada yang melarang.

Sejak awal kemerdekaan, arah litbangjirap sains dan teknologi di Indonesia itu secara eksklusif dibangun atas pondasi nilai sekuler. Tidak dikaitkan dengan agama, tidak peduli terkait aspek ketuhanan sama sekali. Tidak pernah ada motivasi, inspirasi, apalagi pondasi membangun sains dan teknologi berdasarkan agama. Etika penelitian tidak pernah dilandaskan pada agama tertentu, melainkan JUSTRU berdasarkan nilai-nilai humanis, yang notabene lahir dari rahim sekulerisme yang tidak peduli agama.

Jadi, ketika ada ateis dobol yang mengeluh bahwa mereka tidak diberi ruang "kebebasan untuk berkembang" makanya tidak berkontribusi dalam perkembangan sains dan teknologi di Indonesia, maka ketahuilah bahwa mereka cuma ngarang bebas saja. Khayalan dobol untuk menutupi skill issue mereka, yang secara kapasitas pribadi sama sekali tidak kompeten untuk menjadi seorang saintis maupun insinyur. Bukan karena dibatasi untuk berkembang, tapi memang darisananya tidak bisa apa-apa.

Ateis model begini cuma bisa mangap lebar saja, meski isinya lebih kosong daripada void space berjarak 300 parsec. Jadi ateis pun cuma karena malas ibadah saja, emotionally-driven ignorance, bukan karena "pencerahan" or something incredible idk.

Pondasi litbangjirap sains dan teknologi darisananya sekuler, negara dijalankan berdasarkan ideologi sekulerisme, yang disalahkan agama lagi. Idiot eksponensial.

What a complete waste of oxygen.


0 komentar:

Posting Komentar