Orang saintek dibilang pemikirannya kaku? Cuma hitam-putih, tidak bisa dinamis? Karena sains itu eksak sementara ilmu sosial fleksibel?
Saya tidak tahu dari mana kesan ini muncul, tapi pasti bukan dari orang saintek. Karena orang saintek beneran tidak akan mengatakan bahwa saintek itu eksak, dalam artian cuma ada kemungkinan biner antara benar atau salah. Kalau yang dibilang begitu orang matematika, masih masuk akal, meski tidak berlaku untuk semua keadaan juga. Tapi saintek? Ngaco.
Justru saintek banyak bermain dengan ketidakpastian. Sains bermain dengan model-model yang dianggap cukup akurat dalam merepresentasikan sebuah masalah dalam keadaan batas (boundary condition) tertentu. Model ini tidak bisa digunakan untuk keadaan di luar keadaan batasnya. Makanya sains selalu diperbarui ketika ada temuan terbaru. Mekanika Klasik Newton, misalkan, tidak bisa menjelaskan fenomena skala kuantum. Makanya diperbarui (atau lebih tepatnya, dilengkapi) dengan Mekanika Kuantum Einstein. Demikian pula, model atom Dalton diperbarui hingga model atom Bohr dan sekarang model kuantum.
Sains juga memiliki ketidakpastian. Contoh di fisika atom, probabilitas reaksi tangkapan netron di rentang energi tertentu oleh nuklida tertentu memiliki rentang ketidakpastian. Itulah mengapa evaluasi data nuklir versi ENDF, JENDL, CENDL, JEFF, seringkali beda satu sama lain. Versi terbaru pun terus memperbarui datanya agar ketidakpastian itu bisa dikurangi.
Ilmu teknik/rekayasa bermain dengan margin. Teknik jarang menggunakan angka eksak, melainkan dengan menghitung angka standar menggunakan estimasi terdekat dan menetapkan margin nilai yang bisa diterima. Kenapa? Karena fenomena sistem teknik tidak selalu bekerja eksak, seringkali terjadi osilasi dan ketidakpastian dalam fenomena fisis yang digunakan dalam sistem tekniknya.
Jadi, keliru sekali jika dikatakan bahwa orang saintek itu berpikirnya kaku dan biner. Orang saintek sudah familiar dengan ketidakpastian pada kesempatan pertama mereka belajar saintek.
Yang membedakannya dengan orang soshum adalah
1. Ada batas ketidakpastian yang bisa diterima dan tidak,
2. Ada konsensus tentang sebagian fenomena yang sudah dipastikan kebenarannya.
Contohnya, konsensus bahwa bumi ini bulat, tidak datar. Itu tidak bisa digugat lagi, karena klaim bumi datar bertentangan dengan realitas fisis terindera. Tidak bisa digunakan klaim fleksibilitas dan opini untuk mengakui argumen bumi datar.
Contoh lain, konsensus bahwa pemanasan global bersifat antropogenik. Itu sudah tidak bisa digugat lagi karena klaim bahwa pemanasan global bersifat alami bertentangan dengan realitas terindera dan data-data yang dikumpulkan secara konsisten dan independen. Yang masih ada ketidakpastian adalah prediksi seberapa buruk dampak pemanasan global dan laju kenaikan temperatur, bukan dari eksistensi pemanasan global antropogenik itu sendiri.
Demikian pula soal isu vaksinasi MMR menyebabkan autisme, jelas tertolak dan tidak bisa diterima sebagai opini sebagaimana ilmu soshum menerima opini karena bertentangan dengan data-data ilmiah yang teruji secara konsisten dan independen.
Dari sini, jelas bahwa tuduhan bahwa orang-orang saintek itu berpikirnya kaku dan saklek, tidak dinamis, adalah omong kosong besar. Orang saintek sudah paham tentang ketidakpastian sejak awal, hanya yang membedakan adalah ketidakpastian itu memiliki limit. Tidak benar-benar bebas, karena ada hukum dasar yang masih perlu untuk dipenuhi. Kalau kesannya kaku, maka "kekakuan" itu ditujukan untuk menjaga konsistensi dengan batas yang bisa diterima dan konsensus yang sudah tidak bisa dibantah lagi, tidak ada hubungannya dengan close-mindedness!
Justru inovasi banyak bermunculan dalam bidang saintek, kadang-kadang memperbarui hingga menggeser teori lama. Sementara ilmu soshum kadang justru lebih kaku dan mandeg dengan teori-teori yang dirumuskan orang-orang tertentu tanpa mau keluar dan menggugatnya, seperti definisi textbook soal kapitalisme. Kreativitas malah lebih terlihat di bidang saintek yang dianggap "kaku," sementara yang dianggap "dinamis" malah bersikap kaku terhadap inovasi.
0 komentar:
Posting Komentar