Minggu, 23 Juli 2017

Apakah Radiasi Nuklir Dapat Menyebabkan Kemandulan?

Oleh: R. Andika Putra Dwijayanto, S.T.
Waktu awal-awal saya masuk ke prodi Teknik Nuklir, stereotip macam ini paling sering terdengar. Sampai-sampai muncul isu agar mahasiswa Teknik Nuklir segera menikah saja di semester 5. Lucu, memang, tapi di sisi lain agak miris juga mendengarnya. Padahal, sih, dosen-dosen di Teknik Nuklir yang sudah menikah itu punya anak semua, lebih dari satu pula.
Oke, sebenarnya kekhawatiran ini tidak sepenuhnya salah. Tapi stereotip yang diterima publik juga tidak benar-benar akurat. Seolah-olah terkena radiasi sedikit saja kemudian orang bisa tiba-tiba mandul. Padahal tiap hari manusia dibombardir radiasi secara konstan dari bumi, luar angkasa bahkan dalam tubuh.
Ada beberapa sumber radiasi di laboraturium di prodi Teknik Nuklir untuk praktikum, diantaranya kobalt-60, cesium-137 dan stronsium-90. Saya bisa mengantongi seluruh sumber itu dalam kantong celana selama setahun penuh dan baik-baik saja, tidak jadi mandul.
Apa pasal? Radioaktivitasnya kecil, hanya sekian puluh kBq. Radioaktivitas yang punya potensi bahaya itu tidak kurang dari 37 GBq. Jutaan kali lebih tinggi dari yang ada di Lab. Sudah begitu, usia sumbernya sudah lumayan, lebih dari 20 tahun, sehingga radioaktivitasnya makin turun lagi. Kobalt-60 memiliki waktu paruh 5 tahun. Maka, 20 tahun kemudian, radioaktivitasnya tinggal 1/16 radioaktivitas awal. Cesium-137 waktu paruhnya 30 tahun, jadi belum turun sampai setengahnya. Walau begitu, tentu aktivitasnya sudah berkurang dari aslinya.
Efek dari aktivitas kecil itu, dosis radiasi yang saya terima selama setahun penuh dengan mengantongi sumber radiasi itu tidak cukup signifikan untuk menyebabkan kemandulan.
Poin pentingnya: apakah seseorang akan menjadi mandul atau tidak karena radiasi, itu tergantung dosis radiasi yang diterima tubuh, khususnya pada organ reproduksi. Dosis tinggi meningkatkan peluang kemandulan, kira-kira 250-350 miliSievert. Itu juga cuma kemandulan sementara, tidak permanen. Dosis radiasi 2000 miliSievert baru bisa mengakibatkan mandul permanen.
Bagaimana di perempuan? Dosis radiasi 3000 miliSievert bisa mengakibatkan fertilitas di sekitar 30% perempuan usia muda, tapi bisa 100% di usia lebih dari 40 tahun. Efek radiasi memang tergantung usia, mengingat kondisi organ berubah seiring bertambah tuanya seseorang.
Jadi, secara teoretis, radiasi nuklir bisa membuat seseorang mandul.
Masalahnya, kemandulan itu terjadi jika dan hanya jika seseorang terpapar radiasi dengan dosis sangat tinggi dibandingkan kondisi normal, kira-kira ribuan kali lebih tinggi dari dosis radiasi latar tahunan yang kita terima (sekitar 2,4 miliSievert) dan radiasinya terkonsentrasi pada organ reproduksi. Kalau cuma mengantongi sumber radiasi yang memancarkan dosis 0,01 miliSievert per tahun, sih, sampai mati 60 tahun kemudian pun oke-oke saja.
Begitu pula, tinggal di dekat PLTN sama sekali tidak bisa membuat seseorag mandul. Secara saintifik, radiasi yang dilepaskan PLTN ke lingkungan hanya 0,01 miliSievert per tahun. Kurang dari seperseribu dosis yang dibutuhkan agar orang bisa mandul. Secara faktual, nyatanya orang yang bekerja di PLTN tidak ada yang pernah mandul karena efek radiasinya. Kalau yang bekerja di dalam saja aman dari kemandulan, apalagi yang di luar?
Intinya, butuh dosis radiasi tinggi agar seseorang bisa mandul karenanya.
Bagaimana peluangnya orang-orang bisa terkena radiasi setinggi itu? Ada beberapa kemungkinan. Pertama, terkena radiasi dosis tinggi dari ledakan bom nuklir. Tapi ada peluang kalau orang yang kena radiasi itu sudah mati duluan, saking tingginya radiasi itu. Kedua, terkena radiasi dosis tinggi dari kecelakaan PLTN selevel Chernobyl. Hanya saja, kemungkinannya lebih besar terkena kanker tiroid daripada kemandulan, dan terbatas pada orang-orang yang tinggalnya dekat sekali dengan lokasi kecelakaan. Kalau kecelakaan PLTN-nya di Jepara dan orangnya tinggal di Bantul, mau jadi mandul bagaimana?
Ketiga, kalau sedang radioterapi, karena menderita kanker prostat, misalnya. Organ reproduksi pasti terpapar radiasi dosis tinggi, dan bisa jadi terkena kemandulan sementara. Beberapa waktu berselang, kemandulan itu akan hilang dan organ reproduksi berfungsi normal lagi. Kecuali kalau misalnya dikasih dosis terlalu tinggi, maka bisa jadi mandulnya permanen. Keempat, kalau bermain-main dengan perangkat radioterapi/MRI/sinar-X/CT-scan yang kemudian memapari diri sendiri dengan radiasi yang levelnya tidak terkontrol. Kemungkinan bukan cuma kemandulan, tapi komplikasi masalah di organ-organ lain hingga, mungkin saja, mati.
Jadi, tidak. Kuliah di Teknik Nuklir dan melakukan percobaan dengan sumber radiasi di laboraturiumnya tidak akan mengakibatkan kemandulan. Dosis radiasinya terlalu kecil untuk perlu dipedulikan. Mesti hati-hati itu kalau sumber radiasinya punya aktivitas sangat tinggi, yang notabene sulit sekali diakses publik. Jadi tidak perlu khawatir berlebihan.
Sementara, karena bom nuklir tidak pernah diledakkan ke manusia setelah 1945 dan kecelakaan selevel Chernobyl tidak mungkin bisa terulang lagi, dua kemungkinan ini abaikan saja.

Referensi

  1. Amanda L. Ogilvy-Stuart, Stephen M. Shalet. 1993. Effect of Radiation on the Human Reproductive System. Environmental Health Perspectives Supplements 101 (Suppl. 2): 109-116.
  2. Badan Tenaga Nuklir Nasional. Dosis Tinggi – Risiko Tinggi. Diakses dari http://www.batan.go.id/index.php/id/publikasi-2/artikelnuklir/128-dosis-tinggi-risiko-tinggi/
  3. Mondjo. 2013. Proteksi Radiasi. Yogyakarta: Program Studi Teknik Nuklir, Universitas Gadjah Mada.
  4. Robert Hargraves. 2012. Thorium Energy Cheaper Than Coal. Hanover: CreateSpace Independent Publishing Platform.

0 komentar:

Posting Komentar