Kamis, 01 Maret 2018

Kaum Fakir Nalar Dan Pahlawan Kesiangan

Alkisah, ada suatu kaum yang nalarnya bermasalah. Senang sekali menebar berita dan info yang tidak jelas asal-usulnya. Semangat menggebu-gebu, tetapi fakir nalar. Hasilnya adalah kedunguan bertebaran dimana-mana.

Kalangan yang relatif kritis dan beradab tidak menegur kaum itu. Ada satu-dua yang menegur, tapi jelas kalah jumlah. Yang tidak menegur lebih banyak dan lebih senang mengurusi urusannya sendiri.

Lalu kemudian ada kalangan yang juga relatif cerdas tetapi kurang mampu bersikap sabar terhadap kesalaham kaum tersebut. Mereka juga kesal karena kalangan yang 'lebih beradab' dari mereka memilih mendiamkan. Akhirnya, kalangan kurang sabaran pun memilih untuk memperingati kaum fakir nalar tersebut dengan caranya sendiri yang bisa dikatakan kasar.

Jelas saja, kaum fakir nalar tidak terima dikasari dan balik mencak-mencak. Eh, tiada hujan tiada badai, kaum yang relatif kritis dan beradab malah ikut menegur kaum cerdas tapi 'kurang beradab', menyuruh mereka berbicara dengan santun, dengan adab, agar berakhlak dalam penyampaian, sembari sama sekali abai terhadap kaum fakir nalar dan hasil perbuatannya.

Giliran kultur kedunguan bertebaran dimana-mana, diam saja. Giliran ada yang menindak kedunguan dengan kasar, baru keluar dari sarangnya.

Pesan moral: Jadi pahlawan kesiangan itu gampang sekali dilakukan. Tidak perlu jadi orang cerdas, sok beradab dan sok bijak pun cukup.

0 komentar:

Posting Komentar