Sabtu, 25 Januari 2020

Islam Selaras atau Bertentangan Dengan Sains?


Oleh: R. Andika Putra Dwijayanto

Kadang ada pertanyaan, "Apakah Islam bertentangan atau selaras dengan sains?"

Mungkin ada yang berpikir di kedua kubu. Yang agak-agak sok oPeN mInDeD mungkin akan melihat fenomena sains modern banyak yang bertentangan dengan sains. Sementara, yang lebih konservatif akan mengatakan bahwa Islam selaras saja dengan sains.

Kedua kubu ini keliru, walau kubu oPeN mInDeD tingkat kekeliruannya lebih tinggi.

Sebenarnya, bagaimana mungkin Islam dikatakan bertentangan atau selaras dengan sains, sementara sumber utama hukum Islam, Al Qur'an dan as sunnah, tidak secara khusus membahas sains dan tidak ditujukan sebagai kitab panduan sains?

Al Qur'an diturunkan sebagai huda wal furqan. Petunjuk bagi umat manusia dan pembeda antara yang haq dan bathil. Sementara sains merupakan pengamatan akan fenomena fisik yang ada pada manusia, alam semesta, dan kehidupan. Sains sudah ada jauh sebelum Al Qur'an diturunkan kepada Rasulullah Muhammad ﷺ, dan Al Qur'an sama sekali tidak ditujukan untuk menjelaskan fenomena sains.

Al Qur'an sebatas memberi inspirasi bagi manusia untuk memahami sesama manusia, alam semesta, dan kehidupan. Mengamati fenomena-fenomena di sekitar manusia agar menyadari kebesaran Allah dan sangat tidak berartinya manusia. Pengamatan ini juga supaya manusia dapat memanfaatkan fenomena alam dengan baik untuk keperluan hidup manusia, entah sebatas pemanfaatan apa adanya ataupun melalui rekayasa.

Masalah terakhir sudah diindikasikan oleh Rasulullah SAW dalam kasus penyerbukan kurma di Madinah. Beliau bersabda, "Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian." Kaitannya adalah dengan masalah sains dan teknologi, yang mana hal tersebut diserahkan pada akal dan pengetahuan manusia.

Al Qur'an juga memberi panduan tentang halal-haram terkait benda serta ahkamul khamsah terkait perbuatan, yang kemudian harus diaplikasikan dalam praktik saintifik. Dengan begini, perkembangan sains di tangan seorang muslim dapat berlangsung tidak sekadar baik, tetapi juga benar.

Dengan demikian, pada hakikatnya, Islam menyerahkan masalah sains pada manusia, Allah menyuruh manusia menggunakan akalnya untuk berpikir. Dari berpikir dan mengamati inilah manusia bisa menemukan dan memahami fenomena fisik tersebut, entah dalam taraf pasti (qath'i) atau dugaan kuat (ghalabatudzh dzhann). Islam juga memberi aturan tentang ahkamul khamsah sebagai panduan bagi manusia dalam proses pengamatan fenomena alam tersebut.

Karena alasan tersebut, tidak bisa dikatakan bahwa Islam selaras atau tidak selaras dengan fenomena sains tertentu. Karena Islam sudah menyerahkannya pada manusia. Jikalau kemudian ada fenomena fisik yang ternyata bersesuaian dengan ayat-ayat Al Qur'an, maka itu semata-mata merupakan bukti kebesaran Allah.

Namun, pada dasarnya, kita tidak perlu merujuk pada Al Qur'an untuk membahas fenomena sains. Jadi, lucu kalau ada yang harus merujuk pada Al Qur'an dan tafsirnya untuk mengetahui bumi ini bulat atau datar, apakah bumi berputar atau statis, apakah matahari mengitari bumi atau bumi mengitari matahari, dan lain-lain. Semua itu sama sekali tidak dipelrukan, karena masalah bentuk bumi, rotasi bumi, serta revolusi bumi, semua adalah fenomena fisik yang dapat diamati oleh indera manusia. Fenomena fisik ini merupakan fenomena fisik statis, kondisinya tetap dari masa ke masa. Pengamatan terhadap contoh-contoh tadi adalah pengamatan yang dapat mencapai derajat qath'i, laa raiba fiih. Sama qath'i-nya dengan kita dapat memahami bahwa panas dari matahari merupakan hasil fusi nuklir bukan pembakaran hidrokarbon.

Islam selalu sesuai dengan realitas, karena Al Qur'an berasal dari sumber yang mustahil salah. Namun, Islam tidak bisa dikatakan bertentangan atau selaras dengan sains, karena Islam tidak mengurusi fenomena sains. Jika kebetulan ada dugaan saintifik yang selaras dengan ayat Al Qur'an, maka kita pandang hal tersebut sebagai bukti ke Maha Kuasa an Allah. Namun, dalam hal ini harus berhati-hati, karena kalau orang yang tidak memahami relasi Islam-sains dengan benar, akan cenderung otak atik gatuk. Menghubung-hubungkan yang tidak ada hubungannya. []

0 komentar:

Posting Komentar