Oleh: R. Andika Putra Dwijayanto
Kadang ada pertanyaan, "Apakah
Islam bertentangan atau selaras dengan sains?"
Mungkin ada yang berpikir di kedua kubu.
Yang agak-agak sok oPeN mInDeD mungkin akan melihat fenomena sains modern
banyak yang bertentangan dengan sains. Sementara, yang lebih konservatif akan
mengatakan bahwa Islam selaras saja dengan sains.
Kedua kubu ini keliru, walau kubu oPeN
mInDeD tingkat kekeliruannya lebih tinggi.
Sebenarnya, bagaimana mungkin Islam
dikatakan bertentangan atau selaras dengan sains, sementara sumber utama hukum
Islam, Al Qur'an dan as sunnah, tidak secara khusus membahas sains dan tidak
ditujukan sebagai kitab panduan sains?
Al Qur'an diturunkan sebagai huda wal
furqan. Petunjuk bagi umat manusia dan pembeda antara yang haq dan bathil.
Sementara sains merupakan pengamatan akan fenomena fisik yang ada pada manusia,
alam semesta, dan kehidupan. Sains sudah ada jauh sebelum Al Qur'an diturunkan
kepada Rasulullah Muhammad ﷺ, dan Al Qur'an sama sekali tidak ditujukan untuk
menjelaskan fenomena sains.
Al Qur'an sebatas memberi inspirasi bagi
manusia untuk memahami sesama manusia, alam semesta, dan kehidupan. Mengamati
fenomena-fenomena di sekitar manusia agar menyadari kebesaran Allah dan sangat
tidak berartinya manusia. Pengamatan ini juga supaya manusia dapat memanfaatkan
fenomena alam dengan baik untuk keperluan hidup manusia, entah sebatas
pemanfaatan apa adanya ataupun melalui rekayasa.
Masalah terakhir sudah diindikasikan oleh
Rasulullah SAW dalam kasus penyerbukan kurma di Madinah. Beliau bersabda,
"Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian." Kaitannya
adalah dengan masalah sains dan teknologi, yang mana hal tersebut diserahkan
pada akal dan pengetahuan manusia.
Al Qur'an juga memberi panduan tentang
halal-haram terkait benda serta ahkamul khamsah terkait perbuatan, yang
kemudian harus diaplikasikan dalam praktik saintifik. Dengan begini,
perkembangan sains di tangan seorang muslim dapat berlangsung tidak sekadar baik,
tetapi juga benar.
Dengan demikian, pada hakikatnya, Islam
menyerahkan masalah sains pada manusia, Allah menyuruh manusia menggunakan
akalnya untuk berpikir. Dari berpikir dan mengamati inilah manusia bisa
menemukan dan memahami fenomena fisik tersebut, entah dalam taraf pasti (qath'i)
atau dugaan kuat (ghalabatudzh dzhann). Islam juga memberi aturan
tentang ahkamul khamsah sebagai panduan bagi manusia dalam proses
pengamatan fenomena alam tersebut.
Karena alasan tersebut, tidak bisa
dikatakan bahwa Islam selaras atau tidak selaras dengan fenomena sains
tertentu. Karena Islam sudah menyerahkannya pada manusia. Jikalau kemudian ada
fenomena fisik yang ternyata bersesuaian dengan ayat-ayat Al Qur'an, maka itu
semata-mata merupakan bukti kebesaran Allah.
Namun, pada dasarnya, kita tidak perlu
merujuk pada Al Qur'an untuk membahas fenomena sains. Jadi, lucu kalau ada yang
harus merujuk pada Al Qur'an dan tafsirnya untuk mengetahui bumi ini bulat atau
datar, apakah bumi berputar atau statis, apakah matahari mengitari bumi atau
bumi mengitari matahari, dan lain-lain. Semua itu sama sekali tidak dipelrukan,
karena masalah bentuk bumi, rotasi bumi, serta revolusi bumi, semua adalah
fenomena fisik yang dapat diamati oleh indera manusia. Fenomena fisik ini
merupakan fenomena fisik statis, kondisinya tetap dari masa ke masa. Pengamatan
terhadap contoh-contoh tadi adalah pengamatan yang dapat mencapai derajat qath'i,
laa raiba fiih. Sama qath'i-nya dengan kita dapat memahami bahwa
panas dari matahari merupakan hasil fusi nuklir bukan pembakaran hidrokarbon.
Islam selalu sesuai dengan realitas, karena
Al Qur'an berasal dari sumber yang mustahil salah. Namun, Islam tidak bisa
dikatakan bertentangan atau selaras dengan sains, karena Islam tidak mengurusi
fenomena sains. Jika kebetulan ada dugaan saintifik yang selaras dengan ayat Al
Qur'an, maka kita pandang hal tersebut sebagai bukti ke Maha Kuasa an Allah.
Namun, dalam hal ini harus berhati-hati, karena kalau orang yang tidak memahami
relasi Islam-sains dengan benar, akan cenderung otak atik gatuk.
Menghubung-hubungkan yang tidak ada hubungannya. []
0 komentar:
Posting Komentar