Oleh: R. Andika Putra Dwijayanto, M.Eng.
Masalah ini
sudah disinggung sebelumnya, tetapi masih cukup menggelitik untuk dibahas. Apa
iya nuklir = bom? Bukannya nuklir itu yang meratakan Hiroshima dan Nagasaki
ketika Perang Dunia II? Berarti nuklir itu bom, dong? Bahaya, dong? Iya, kan?
Well… cuma karena api itu bisa dipakai untuk membakar rumah (te)tangga
bukan berarti api = pembakar rumah. Karena toh api juga bisa dipakai untuk
bakar sate dan jagung. Nuklir juga sama saja.
Walau demikian,
pembahasan nuklir sebagai bentuk senjata pemusnah massal memang menarik untuk
dipelajari. Seperti apa wujudnya?
Sebagaimana
sudah dijelaskan, pemanfaatan energi nuklir pertama kali adalah dalam bentuk
senjata militer, menjelang akhir Perang Dunia II. Persaingan antara Jerman dan
Amerika Serikat untuk membangun senjata nuklir berakhir dengan keunggulan
Amerika Serikat. Selain karena Jerman gagal menemukan biang kerok kenapa
reaktor mereka tidak bisa beroperasi (fact: it was boron), mereka juga
secara praktis kalah perang ketika Adolf Hitler memutuskan untuk menembak
kepalanya sendiri pada 30 April 1945. Ini menyisakan perang di Pasifik antara
Amerika Serikat dan Jepang.
Di bawah
kepemimpinan J. Robert Oppenheimer, dengan bantuan besar dari Enrico Fermi dan
Leo Szilard yang membangun reaktor nuklir pertama di dunia yang bisa
beroperasi, bernama Chicago Pile-I, Manhattan Project sukses membangun beberapa
unit senjata nuklir. Senjata pertama diujiledak dalam Trinity Test, dengan
bahan peledak berupa plutonium-239. Bahan ini tidak ada di alam, dan harus
diproduksi di reaktor nuklir. Dalam prosesnya, produksi plutonium-239 di
reaktor nuklir dibarengi dengan pengotor bernama plutonium-240. Keberadaan
pengotor ini membuat senjata nuklir tidak bisa digunakan sebagaimana harapan,
karena akan mengalami ledakan premature dan membuat daya ledaknya berkurang
drastis. Akibatnya, bentuk senjata nuklir harus didesain ulang, dan supaya
yakin bahwa desain baru itu bisa berfungsi, harus diujiledak dulu.
Hasilnya adalah
Trinity Test, yang dilakukan di Jornada del Muerto, New Mexico, Amerika
Serikat. Trinity Test menunjukkan bahwa desain baru senjata nuklir plutonium
bisa bekerja dengan baik, menghasilkan ledakan setara 25 kiloton TNT. Sebagai
perbandingan, angka itu setara dengan 29 juta kWh panas atau 432.604.938 kg
LPG. Bayangkan 400 jutaan kg LPG diledakkan bersamaan, bagaimana dahsyatnya?
Kira-kira begitulah.
Dari situ,
Amerika Serikat yakin bahwa senjata nuklir plutonium bisa digunakan. Maka, pada
tanggal 6 Agustus 1945, senjata nuklir uranium bernama Little Boy (bocah
ceking) dijatuhkan di Hiroshima. Tiga hari kemudian, 9 Agustus 1945, senjata
nuklir plutonium bernama Fat Man (pria gemoy) dijatuhkan di Nagasaki. Hasilnya,
sekitar 200 ribu orang tewas. Sebagian bahkan lenyap tanpa meninggalkan sisa
jasad sama sekali kecuali bayangan di jalan.
Mengerikan?
Memang. Sampai Albert Einstein pun menyesali keterlibatannya dalam pembuatan
senjata nuklir tersebut, meski Oppenheimer tidak.
Jadi, senjata
nuklir itu seperti apa?
Setidaknya ada dua
jenis senjata nuklir yang dibuat dan disimpan di gudang persenjataan berbagai
negara (kita sebut nuclear weapon states) saat ini, yakni senjata nuklir
dan senjata termonuklir. Bedanya adalah pada tahapan ledakannya. Senjata nuklir
hanya memiliki satu tahap ledakan, memanfaatkan reaksi fisi. Contohnya Little
Boy dan Fat Man. Karena hanya satu tahap, senjata nuklir memiliki keterbatasan
seberapa besar ledakan panas yang bisa dihasilkan. Yield ledakan
maksimum dari senjata nuklir yang pernah diujiledak “hanya” 720 kiloton TNT,
atau setara dengan 12,45 miliar kg LPG. Cukup untuk meratakan Jakarta Selatan.
Jenis senjata
nuklir dari segi desainnya ada dua, yakni gun-type dan implosion-type.
Gun-type itu khusus menggunakan uranium-235 sebagai bahan bakarnya. Cara
kerjanya, ada dua silinder kosong uranium dengan diameter berbeda, yang satu
ditaruh di depan, satu di belakang. Kira-kira bentuknya mirip bambu, yang depat
lubangnya lebih besar, yang belakang lebih kecil. Ketika akan diledakkan,
silinder uranium di belakang ditembakkan ke depan, sehingga masuk ke dalam
silinder uranium di depan, membentuk massa kritis.
Apa itu massa
kritis? Massa yang dibutuhkan oleh bahan bakar nuklir agar mampu menghasilkan
reaksi fisi nuklir secara berantai, terus menerus.
Kita tahu rumus
reaksi fisi sebagai berikut.
U-235
+ n -> X1 + X2 + 2-3 n + 200 MeV
Dihasilkan 2-3
netron baru dari hasil fisi ini. Pertanyaannya, itu netron lari ke mana?
Betul, ditangkap
lagi oleh atom uranium-235 yang lain.
Di senjata
nuklir, reaksi fisi berantai ini naik secara eksponensial, sehingga sama sekali
tidak bisa dikendalikan dan akhirnya energi 200 MeV yang terlepas itu dikali
triliunan reaksi fisi lain dan menjadi ledakan mahadahsyat. Namun, reaksi itu
baru bisa terjadi kalau massa uranium-235 cukup. Kurang dari itu, reaksi fisi
berantai tidak akan terjadi. Untuk uranium-235, massa kritis sekitar 64 kg.
Jadi cukup 64 kg
uranium-235 untuk menghancurkan Hiroshima.
Implosion-type
itu khusus untuk plutonium-239. Karena pengotor
plutonium-240 yang secara praktis tidak bisa dihilangkan, senjata model gun-type
tidak bisa digunakan. Jadi perlu dibuat struktur baru, yakni plutonium-239
ditempelkan di sisi dalam struktur bola gemoy, dengan peledak di permukaan
luarnya. Peledak itu kemudian akan mengompres plutonium ke pusat bola,
meningkatkan kepadatan plutonium berkali lipat sehingga mencapai massa kritis,
lalu DHUAR! Meledak.
Fat Man
membutuhkan 6,4 kg plutonium-239 untuk menghancurkan Nagasaki, setara dengan
massa kritis plutonium-239. Cuma 10% dari uranium-235. Artinya, plutonium-239
lebih psikopat.
Senjata
termonuklir (atau sering disebut sebagai bom hidrogen), di sisi lain, adalah
gabungan dari reaksi fisi dan fusi. Jadi, reaksi fisi dimulai dulu, biasanya
pakai plutonium-239 dalam konfigurasi implosion-type. Nah, setelah
meledak, di sekelilingnya pasti temperatur dan tekanan akan naik drastis. Nah,
itu lingkungan yang sangat pas untuk memantik reaksi fusi, yang bahannya adalah
litium-6 dan deuterium. Netron dari reaksi fusi akan menembak litium-6 dan
menghasilkan tritium, lalu tritium itu akan berfusi dengan deuterium menjadi
helium.
H-3
+ H-2 -> He-4 + n + 17,6 MeV
Mengingat atom
ringan yang berfusi itu sangat banyak, walau energi yang dilepaskan hanya 17,6
MeV, tingkat ledakannya jauh lebih besar daripada tahap fisi. Sehingga, kalau
ledakan senjata nuklir itu masih jauh di bawah 1 megaton TNT, maka senjata
termonuklir bisa jauh melebihi 1 megaton TNT.
Senjata
termonuklir terbesar yang pernah diujiledak namanya Tsar Bomba, desain Uni
Soviet, pada masa Perang Dingin. Ketika diledakkan, senjatanya sampai terdorong
balik ke udara saking besarnya daya ledak Tsar Bomba, bahkan pilot yang
menjatuhkannya hampir saja tidak selamat.
Yield ledakan Tsar Bomba itu 50 megaton TNT, atau setara dengan 865,2
miliar kg LPG. Jadi kalau diibaratkan, tata rapi 288,4 miliar tabung gas LPG 3
kg, lalu ledakkan semuanya berbarengan. Nah, kira-kira begitu bayangannya.
Senjata
termonuklir tidak pernah digunakan di peperangan, lebih digunakan untuk untuk
menakut-nakuti negara musuh alias deterrence. Saat ini pun, senjata
nuklir sudah berevolusi desainnya sehingga lebih banyak ditujukan untuk
menarget sasaran secara akurat ketimbang memberikan kerusakan secara luas di
tengah kota.
Saat ini hanya
sedikit negara yang memiliki senjata nuklir, yakni Amerika Serikat, Rusia,
Cina, Inggris, Prancis, India, Pakistan, Korea Utara, dan entitas illegal
zionis penjajah maniak genosida yang menyebut diri mereka sebagai Israel.
Amerika Serikat dan Rusia terlibat dalam pelucutan sebagian senjata nuklir
mereka, tapi inventori yang mereka miliki masih sangat banyak ketimbang
negara-negara lainnya.
Jadi, kalau
ditanyakan apakah nuklir = bom? Tidak juga, tapi memang bisa dibuat bom nuklir.
Sama seperti api bisa dipakai untuk membakar rumah tetangga yang ketahuan jadi
bandar judi, tapi jelas bukan hanya itu kegunaannya. Karena bakar sate kambing
bumbu kecap pun bisa. Ditambah dengan Traktat Non-Proliferasi yang
ditandatangani banyak negara dan keamanan nuklir yang makin kesini makin ketat,
agaknya cukup mustahil negara-negara lain bisa membangun senjata nuklir sendiri
dan mendeklarasikan sebagai new nuclear weapon state.
0 komentar:
Posting Komentar