Oleh: R. Andika Putra Dwijayanto, M.Eng.
Limbah
nuklir, dalam 97% kasus, tidak lebih berbahaya daripada limbah rumah tangga dan
limbah industri lain, sehingga bisa dikelola sebagaimana biasa tanpa perlu
perlakuan berlebih. Tinggal 3% kasus, yang termanifestasi dalam bentuk bahan
bakar bekas PLTN, yang mungkin membuat sebagian orang kalangkabut. Bahan bakar
bekas ini yang kemudian dianggap sebagai limbah nuklir paling berbahaya dan harus
diawasi serta diberitakan ramai-ramai tanpa henti seolah-olah ini masalah yang
begitu besar. Sampai-sampai muncul klaim bahwa limbah nuklir itu harus dikubur
selama ribuan hingga jutaan tahun baru bisa aman.
Apa iya
seperti itu?
Di satu
sisi, pernyataan mungkin ini ada benarnya. Mungkin.
Bold, italic, underscore di kata mungkin. Yang jadi perhatian, seringkali
kalangan yang mempersoalkan masalah ini menganggap bahwa limbah industri lain
tidak berbahaya. Yang menghasilkan limbah berbahaya selama puluhan ribu tahun
bukan cuma nuklir. Semua industri menghasilkan
limbah dengan intensitas serupa, bahkan bisa lebih buruk lagi. Pencemaran Minamata,
sebagai contoh, sumbernya dari limbah merkuri dari industri kimia dan sudah
menyebabkan korban jiwa. Limbah PLTN, di sisi lain, tidak pernah membunuh
seorang pun manusia hingga saat ini, dan kemungkinan besar hingga jutaan tahun
ke depan.
Kenapa mungkin
ada benarnya? Karena ada komponen di dalam bahan bakar bekas yang butuh waktu
ribuan hingga jutaan tahun hingga radioaktivitasnya turun setara dengan
radioaktivitas alam. Apa kalau radioaktivitas lebih tinggi daripada
radioaktivitas alam itu jadi berbahaya? Tidak juga, karena radioaktivitas alam
sendiri berbeda-beda antar satu daerah dengan daerah lain. Jadi kenapa harus
dibiarkan meluruh selama itu? Bingung?
Supaya tidak
tambah pusing, coba kita breakdown dulu komponen bahan bakar bekas PLTN.
Tiap tahun,
PLTN tipe PWR dengan daya 1000 MWe menghasilkan setidaknya 30 ton bahan bakar
bekas. Dari 30 ton ini, 95% adalah uranium-238 yang radioaktivitasnya sama
dengan radioaktivitas uranium-238 yang ada di alam. Artinya, 28,5 ton bukan masalah
radiasi. Bisa disimpan dulu atau diolah untuk dipakai di PLTN Generasi IV. Sisa
1,5 ton.
Kemudian, 1%
adalah uranium-235 yang tidak sempat mengalami reaksi fisi. Artinya sekitar 300
kg uranium-235. Ada sedikit pengotor berupa uranium-236, tapi tidak mengubah radioaktivitas
secara signifikan. Masih bisa dipakai lagi di Reaktor Generasi IV. Sisa 1,2
ton.
Berikutnya,
3% adalah produk fisi. Ini adalah hasil pembelahan atom-atom uranium-235, dan
sebagian kecil plutonium-239 dari hasil transmutasi uranium-238. Artinya sekitar
900 kg. Produk fisi bermacam-macam umur paruhnya, tapi jarang sekali yang berumur
sangat panjang. Caesium-137 adalah produk fisi berjumlah signifikan yang punya umur
paruh paling panjang, yakni 30 tahun. Prinsipnya, radioaktivitas bisa dinyatakan
menghilang ketika sudah lewat 10 kali umur paruh. Dari sini, caesium-137 secara
praktis sudah berubah semua menjadi atom stabil setelah 300 tahun. Menyimpan produk
fisi ini selama 300 tahun bukan perkara sulit, sudah banyak struktur geologis
dan bangunan yang bisa bertahan jauh lebih lama daripada itu. Sisa 300 kg.
Komponen
terakhir yang seringkali dipersoalkan itu elemen transuranik. Elemen ini
merupakan elemen-elemen berat dengan nomor massa lebih tinggi dari nomor massa
uranium. Umumnya, elemen transuranik yang terdapat pada bahan bakar nuklir
bekas adalah neptunium, plutonium, americium, dan curium. Dari keempat elemen
ini, plutonium adalah yang paling banyak, sekitar 90%. Plutonium sering dituduh
butuh dikubur jutaan tahun, tapi kalau negaranya punya akal sehat, plutonium ini
tidak akan dikubur begitu saja. Plutonium bisa dipakai di reaktor nuklir, baik Generasi
II hingga Generasi IV, untuk menghasilkan energi. Sayang sekali kalau
dibuang-buang. Jadi plutonium ini bukan masalah besar. Sisa 30 kg.
Dari isotop-isotop
lain, yang kita sebut aktinida minor, neptunium jumlahnya sekitar 40%. Kegunaan
utamanya adalah untuk bahan baku produksi plutonium-238, yang bisa dipakai
untuk radioisotope thermoelectric generator (RTG). Benda itu umumnya
digunakan untuk misi luar angkasa, seperti ke Mars atau Saturnus. Bahkan misi
luar tata surya, ketika sinar matahari tidak cukup untuk menyalakan perangkat
elektronik. Namun, kalau tidak punya proyek luar angkasa, neptunium ini tidak
terlampau berguna.
Americium terdiri
dari isotop americium-241 dan americium-243. Yang terakhir tidak berguna,
sementara yang pertama bisa digunakan untuk berbagai keperluan radioisotop
seperti pengganti plutonium-238 untuk RTG dan untuk alarm kebakaran. Tidak banyak
opsi penggunaannya.
Curium, di
sisi lain, adalah yang paling tidak berguna. Tidak ada manfaatnya secara
biologi, kimia, termal, atau apapun. Curium biasanya hanya 2% dari elemen aktinida
minor, atau 600 gram.
Anggap saja
aktinida minor tidak ada gunanya semua, tidak mau dimanfaatkan ulang. Maka tiap
tahunnya, limbah umur panjang yang dihasilkan hanya 30 kg. Volumenya seberapa
besar? Kalau dibentuk jadi kotak, ukurannya sekitar 13,6 × 13,6 × 13,6 cm.
Kecil? Memang.
Cuma segini limbah PLTN yang katanya harus dikubur selama jutaan tahun. Kalau misalkan
Indonesia punya 100 PLTN, dan beroperasi selama 100 tahun, maka akan dihasilkan
10 ribu kubus aktinida minor, yang kalau ditumpuk di Lapangan Tenis Senayan
masih sisa ruangan banyak sekali.
Apa iya limbah
sebegitu sedikitnya akan membahayakan?
Lagipula,
ada ketigau berita bagus dari limbah yang katanya harus disimpan jutaan tahun ini.
Pertama,
seluruh elemen transuranik itu pemancar radiasi alfa. Sebagaimana kita ketahui,
radiasi alfa hanya berbahaya kalau tertelan atau terhirup. Itu juga bahayanya
tidak langsung kelihatan. Sementara, ketika limbah ini dikubur, tidak ada jalan
manusia bisa menghirup atau menelannya. Kecuali dengan sengaja mendatangi repositori
limbah, membongkarnya, dan menelannya. Yang mana, hanya orang gangguan jiwa
yang akan repot-repot melakukannya. Jadi, secara praktis, tidak ada jalur untuk
radiasi alfa itu agar masuk ke tubuh manusia, kecuali melalui kebocoran
perlahan dalam rentang waktu jutaan tahun. Cohen (1991) mengkalkulasi bahwa,
kalau limbah PLTN di AS disimpan semua di Gunung Yucca, Nevada, maka dalam 13
juta tahun, hanya dapat terjadi 0,0014 kematian.
Angka macam
apa ini? Apa itu yang dikatakan sebagai bahaya antar generasi?
Kedua,
umur paruh panjang itu berkorelasi dengan rendahnya radioaktivitas. Semakin pendek
umur paruh, semakin tinggi radioaktivitasnya, dan sebaliknya. Kenapa? Karena
prinsip fisikanya begitu. Persamaan aktivitas terhadap umur paruh dapat
dinyatakan sebagai berikut.
I = I0.exp(-λ.t)
Dengan λ
adalah ln 2/umur paruh. Karena korelasi eksponensial negatif, dengan umur paruh
sebagai penyebut, maka semakin panjang umur paruh, faktor pengali I0
semakin kecil, sehingga radioaktivitas I pada waktu t jadi lebih besar daripada
jika umur paruhnya pendek. Radioaktivitas lebih besar menunjukkan perubahan
radioaktivitas terhadap waktu lebih kecil, yang berarti aktivitas peluruhannya
lebih rendah. Semakin rendah radioaktivitas, semakin rendah pula ancaman
radiasinya. Jadi, tidak serta merta umur paruh panjang lantas bisa dikatakan
berbahaya.
Ketiga, umur
paruh panjang itu berarti pada suatu saat semua bahan radioaktif itu akan
menjadi stabil dan tidak berbahaya. Tidak lagi beracun dan mengancam lingkungan
serta manusia. Beda dengan, katakanlah, arsenik dan merkuri yang dilepaskan
dari industri kimia, kadmium yang bocor dari instalasi panel surya, yang
semuanya akan tetap beracun sampai kiamat dan matahari menelan bumi. Jadi, mana
yang sesungguhnya lebih bahaya?
Ada
baiknya melihat ‘reaktor nuklir alam’ yang ada di Oklo, Gabon. Sekitar 2 milyar
tahun yang lalu, ketika tidak ada organisme multiseluler di permukaan bumi, kompleks
batu pasir di daerah yang kini bernama Oklo mengandung cukup bijih uranium dan
air untuk melakukan reaksi fisi nuklir berantai secara alami. Waktu itu, kadar
uranium-235 di bumi mencapai 3%. Reaksi fisi itu terjadi selama 500 ribu tahun
sebelum akhirnya berhenti. Ditemukan lebih dari 6 ton material radioaktif
berupa produk fisi dan plutonium di 16 situs reaktor alam, tersentralisasi, dan
hanya ‘bergeser’ tidak lebih dari 10 meter dari lokasi awalnya.
Kalau alam
sudah menunjukkan dengan sukses bahwa elemen transuranik bisa dijaga tetap
stabil dalam struktur geologis selama miliaran tahun, apa yang membuat
orang-orang berpikir bahwa produk fisi dan elemen transuranik yang butuh dikubur
‘hanya’ ribuan tahun tidak bisa diisolasi dengan semestinya?
0 komentar:
Posting Komentar