Senin, 01 April 2024

30 Serba Serbi Nuklir, Bagian 22: Apakah Limbah Nuklir Ribuan Tahun Bisa Dilenyapkan?

Oleh: R. Andika Putra Dwijayanto, M.Eng. 

Limbah radioaktif dari PLTN, sebagaimana namanya, bersifat radioaktif. Jadi limbahnya memancarkan radiasi dan kadar radiasinya berkurang seiring berjalannya waktu. Yang beda-beda mungkin berapa lama limbah ini memancarkan radiasi yang, seperti disinggung sebelumnya, seringkali membuat orang jiper duluan terhadap limbah radioaktif. Seolah-olah bahaya radiasi lebih berbahaya daripada bahaya kimiawi.

Berita baiknya, volume limbah radioaktif itu kecil sekali. Kalau warga Indonesia menggunakan listrik seumur hidupnya dari energi nuklir, maka volume limbah yang dihasilkan cuma setara segelas teh bandulan. Sedikit sekali. Tidak susah mencari tempat untuk mengubur limbah sekecil itu.

Tapi, kan, tetap saja limbah radioaktif itu umur paruhnya panjang sekali? Bisa ribuan bahkan jutaan tahun! Apa tidak bisa dilenyapkan saja?

Pertanyaan bagus. Interestingly… hal itu bisa dilakukan.

Kembali sedikit ke prinsip reaksi nuklir. Ada tiga reaksi yang paling berpengaruh dalam mengubah sebuah kondisi atom, yakni reaksi fisi, transmutasi, dan peluruhan. Reaksi fisi paling mudah terjadi pada atom-atom yang mudah belah, misalkan uranium-233, uranium-235, plutonium-239, dan plutonium-241. Transmutasi bisa terjadi pada practically semua atom, tetapi peluang terjadinya transmutasi ini yang beda-beda, tergantung seberapa kemaruk atom tersebut terhadap netron. Peluruhan terjadi pada atom bersifat radioaktif, melepaskan elektron dan atau radiasi alfa untuk mengurangi jumlah massa dan atomnya sehingga berubah menjadi atom stabil.

Pada limbah radioaktif, kalau limbah itu tidak diapa-apakan, reaksi paling dominan adalah reaksi peluruhan, yang waktunya bergantung pada umur paruhnya. Kadang-kadang ada yang mengalami reaksi fisi spontan (walau tidak uhuy), tapi sedikit sekali yang bisa mengalaminya. Kalau bergantung saja pada reaksi peluruhan, tentu akan makan waktu lama agar limbah PLTN ini berubah ke kondisi stabil.

Reaksi fisi pun tidak selalu bisa dilakukan, karena elemen transuranik rerata tidak bisa mengalami reaksi fisi. Dua isotop plutonium bisa, tapi plutonium bisa dipakai lagi di reaktor nuklir, dan itu tidak menyelesaikan isu di unsur-unsur lain.

Berarti kemungkinannya tinggal reaksi transmutasi. Reaksi inilah yang bisa kita manfaatkan untuk melenyapkan limbah PLTN, khususnya aktinida minor. Caranya seperti apa? Ada beberapa kemungkinan, kita bahas dua secara umum.

Opsi pertama adalah menggunakan reaktor eksisting, baik reaktor daya nuklir maupun reaktor riset. Kalau menggunakan reaktor riset, maka target berupa aktinida minor dimasukkan ke dalam slot kosong di dalam teras reaktor, dan diiradiasi sebagaimana mengiradiasi target uranium. Studi yang dilakukan oleh Setiawan (2020) menunjukkan bahwa isotop americium-241 yang dihasilkan oleh 4 unit PLTN tipe PWR 1000 MWe tiap tahun bisa dilenyapkan dengan menggunakan reaktor riset berdaya 30 MWe. Studi lain oleh Dwijayanto (2021) menunjukkan bahwa selama dua tahun iradiasi di reaktor riset berdaya sama, 1 kg aktinida minor berhasil dilenyapkan. Tidak terlalu banyak, tapi lumayan, lah.

Pakai reaktor daya nuklir lebih bagus lagi, karena daya reaktornya puluhan kali lebih besar. Kalau dilenyapkan di Reaktor Berpendingin Air, opsinya adalah dengan melapisi bahan bakar dengan coating berupa aktinida minor. Sifatnya jadi seperti racun dapat-bakar. Netron bakalan disedot duluan oleh coating aktinida minor ini sampai habis, baru setelah itu bahan bakarnya bisa menyerap netron. Dengan begini, aktinida minornya sudah tereliminasi duluan. Prinsip yang sama bisa diterpakan di Reaktor Berpendingin Logam. Opsi lainnya, aktinida minor tidak dipisahkan dari plutonium, tapi disatukan dan dibakar di dalam reaktor nuklir bersama thorium. Karena atom thorium lebih ringan, seperti dijelaskan di Bagian 13, butuh jalan sangat panjang supaya bisa produksi aktinida minor. Imbasnya, aktinida minor bisa dieliminasi tanpa adanya pembentukan aktinida minor baru. Kalau dicampur uranium-238, aktinida minor bukannya berkurang malah nambah. Jadi memang harus pakai thorium.

Di Reaktor Berpendingin Garam, aktinida minor bisa langsung dilarutkan ke dalam garam cair dan dibiarkan saja sampai lenyap semuanya setelah dibombardir netron. Syaratnya? Pakai thorium sebagai bahan bakarnya. Studi oleh Ashraf (2020) menunjukkan bahwa transmutasi aktinida minor selama 40 tahun di MSR termal dan cepat dapat mengeliminasi 41% dan 88% aktinida minor dari kondisi awal. Artinya, MSR berbahan bakar thorium sangat potensial untuk melenyapkan aktinida minor.

Opsi kedua adalah menggunakan sistem khusus yang ditujukan untuk melenyapkan aktinida minor. Teknologi yang diajukan adalah accelerator-driven system (ADS). Sistem ADS ini meningkatkan kecepatan partikel subatomik, biasanya proton, memberinya energi cukup untuk berinteraksi dengan inti atom aktinida minor. Proton ditembakkan oleh ADS untuk kemudian ditangkap oleh aktinida minor, mentransmutasikannya menjadi atom berbeda. Kemungkinan lain adalah proton ditembakkan ke target spalasi, biasanya tungsten, yang kemudian dari tungsten itu akan dihasilkan netron yang bisa digunakan untuk transmutasi aktinida minor. ADS ini belum ada yang komersial untuk tujuan melenyapkan aktinida minor, dan biayanya mahal.

Pada dasarnya, aktinida minor tidak perlu-perlu amat dilenyapkan karena volumenya rendah dan cuma berbahaya kalau terhirup atau tertelan, yang mana kedua kondisi ini sulit sekali terjadi. Tapi kalau semisal kondisi politik agak-agak rewel dan mengharuskan aktinida minor untuk dieliminasi sebagian besarnya, ya sudah basmi saja pakai transmutasi. Sebisa mungkin pakai Generasi IV, supaya tuntas sama sekali.

0 komentar:

Posting Komentar